1.
Etsa / Etching
4.1 Tujuan Percobaan
a)
Mengamati dan mengidentifikasi detil struktur logam dengan bantuan
mikroskop optik
b)
Mengetahui perbedaan antara etsa kimia dengan elektro etsa serta
aplikasinya.
c)
Dapat melakukan preparasi sampel metalografi secara baik dan benar.
4.2 Dasar teori
Etsa merupakan proses
penyerangan atau pengikisan batas butir secara selektif dan terkendali dengan
pencelupan ke dalam larutan pengetsa baik menggunakan listrik maupun tidak ke
permukaan sampel sehingga detil struktur yang akan diamati akan terlihat dengan
jelas dan tajam. Untuk beberapa material, mikrostruktur baru muncul jika
diberikan zat etsa. Sehingga perlu pengetahuan yang tepat untuk memilih zat
etsa yang tepat. Ada dua jenis etsa, yaitu etsa kimia dan etsa elekrolitik.
1.
Etsa kimia
Merupakan proses pengetsaan
dengan menggunakan larutan kimia dimana zat etsa yang digunakan memiliki
karakteristik tersendiri sehingga pemilihannya disesuaikan dengan sampel yang
akan diamati. Contohnya yaitu sebagai berikut.
a.
Nitrid acid/nital: asam nitrit +
alkohol 95 % (khusus untuk baja karbon)
yang bertujuan untuk mendapatkan fasa perlit dan ferit dari martensit.
b.
Picral:
asam picric + alkohol (khusus baja) yang bertujuan untuk mendapatkan perlit,
dan feritdari martensit.
c.
Ferric chloride: Ferric
chloride + HCl + air untuk melihat struktur SS, austenitic nikel dan paduan
tembaga.
d.
Hydrofluoric acid : HF + air untuk
mengamati struktur pada aluminium dan paduannya.
Dalam melakukan etsa kimia ada
beberapa hal yang harus diperhatikan :
a.
waktu etsa jangan terlalu lama (umumnya sekitar 4–30 detik),
b.
setelah dietsa, segera dicuci dengan air mengalir lalu dengan alkohol
kemudian dikeringkan dengan alat pengering.
2.
Elektro etsa
Merupakan proses etsa dengan
menggunakan reaksi elektro etsa. Cara ini dilakukan dengan pengaturan tegangan
dan kuat arus listrik serta waktu pengetsaan. Adapun prinsip dasar etsa
elektrolitik sebagai berikut.
a.
Prinsip reaksi reduksi dan oksidasi. Reduksi pada ktoda dan oksidasi pada
anoda. Diberikan tegangan dari luar, cuplikan sebagai anoda dan katoda dari
logam lain yang lebih inert, misal platina atau logam lain yang lebih
elektronegatif dibanding cuplikan.
b.
Diperlukan potensial kimia yang lebih rendah daripada poles elektrolitik
c.Kecenderungan tergantung
afinitas deret volta, dengan hydrogen volta dianggap nol.
d.
Prinsip adalah korosi dengan masing-masing elemen struktur mikro mempunyai
laju korosi yang berbeda.
Etsa jenis ini biasanya untuk stainless
steel karena dengan etsa kimia susah untuk mendapatkan detail strukturnya.
Hubungan kuat arus dan tegangan dalam etsa dapat dijelaskan pada gambar dibawah
ini, dimana kurva tersebut terbagi menjadi beberapa daerah karakteristik .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar